Revitalisasi posyandu terkait dengan gizi buruk di suatu wilayah.
Peran Posyandu dalam meningkatkan derajat kesehatan masyarakat sangat diperlukan. Revitalisasi posyandu dapat menjadi titik tolak yang betul-betul intensif dan efektif dalam mencegah makin meluasnya kasus gizi buruk di
Strategi Revitalisasi Posyandu
Pelaksanaan Revitalisasi Posyandu bertujuan untuk meningkatkan peran posyandu sebagai wadah pelayanan kesehatan dasar berbasis masyarakat, dengan penekanan pada bentuk :
- Intervensi : Pengelolaan posyandu yang dikelola oleh unsur masyarakat / kelompok masyarakat yang mempunyai minat dan misi yang jelas.
- Kemandirian : Peningkatan kemampuan setiap keluarga dalam memaksimalkan potensi pengembangan kualitas SDM.
Strategi Program
Pencapaian pelaksanaan Revitalisasi Posyandu dilakukan melalui serangkaian program, yaitu revitalisasi posyandu, pelayanan kesehatan dasar, dan pemberian makanan tambahan.
A. Revitalisasi Posyandu
Revitalisasi posyandu merupakan upaya pemenuhan kesehatan dasar balita dan peningkatan status gizi berbasis masyarakat.Intervensi yang dilakukan sebagai fasilitas awal dalam mengatasi masalah gizi buruk pada suatu daerah. Dengan merevitalisasi posyandu di wilayah tersebut, status gizi anak akan terkontrol dengan baik dan dapat dipantau perkembangannya.
Penyediaan sarana dan prasarana posyandu merupakan hal yang penting dalam proses revitalisasi posyandu, yaitu dengan membentuk 1 posyandu dan melakukan pembenahan terhadap posyandu yang telahh ada beserta alat-alat kesehatan yang dibutuhkan dan sesuai dengan kapasitas daya tampung posyandu tersebut dalam menangani balita.
Kader posyandu merupakan agen terpenting bagi kelangsungan posyandu tersebut. Kader-kader yang berkualitas secara tidak langsung dapat meningkatkan derajat kesehatan masyarakat di sekitarnya karena mereka dapat memberikan layanan posyandu yang efektif dan tepat guna. Peningkatan kapasistas kader posyandu dapat dilakukan dengan cara memberikan materi berseri bagi kader posyandu agar pengetahuan kader akan selalu berkembang disertai memberikan pelatihan-pelatihan yang dapat membentuk pribadi kader yang berkualitas, baik secara fisik, maupun mental.
Selain meningkatkan kapasitas dan kualitas kader posyandu, memberikan pengetahuan yang lebih kepada setiap ibu merupakan hal yang penting dilakukan. Ibu yang memiliki pengetahuan dan pemahaman terhadap kesehatan akan menjadi ibu yang siaga dan rajin memeriksaan kesehatannya dan anaknya ke posyandu sehingga akan terjadi peningkatan kualitas kesehatan bagi ibu dan balita. Contoh kegiatan yang dapat dilakukan adalah dengan melakukan seminar parenting, atau membagikan publikasi pendidikan kesehatan pada ibu.
Selanjutnya, masyarakat sekitar akan diikutsertakan pula dalam pelayanan posyandu agar terjalin kemitraan yang kuat dan tumbuh perasaan saling memiliki terhadap posyandu tersebut. Dengan munculnya perasaan saling memiliki, masyarakat akan senang menggunakan layanan posyandu tersebut, serta akan membantu tenaga kesehatan dalam mengembangkan fungsi posyandu sehingga menjadi lebih optimal.
Misalnya, dengan pembentukan 1 posyandu pada 2 RT dengan merekrut kader dari masyarakat RT tersebut.
B. Pelayanan Kesehatan Dasar
Pelayanan kesehatan dasar ini meliputi upaya peningkatan kualitas kesehatan balita dan ibu hamil setelah tenaga kesehatan membentuk unit posyandu. Setiap masyarakat dapat mendapatkan intervensi-intervensi kesehatan yang terkait dengan ibu dan balita. Intervensi yang dilakukan adalah pemeriksaan kesehatan balita, ibu, dan peningkatan sistem rujukan.
Pemeriksaan kesehatan balita meliputi pemeriksaan yang dilakukan pada bayi sejak masa kelahiran, yaitu berupa pemeriksaan gizi bayi, proses tumbuh kembang bayi, serta imunisasi; sementara pemeriksaan kesehatan ibu yang dilakukan sejak masa kehamilan melalui pemeriksaan, pemberian makanan sehat dan vitamin, serta peningkatan pemahaman dan pengetahuan ibu hamil melalui penkes. Dengan demikian, diharapkan akan ada peningkatan status kesehatan ibu dan bayi yang akan dilahirkan.
Peningkatan sistem rujukan diperlukan ketika terjadi masalah kesehatan yang serius bagi bayi. Balita yang mengalami gizi buruk biasanya akan dirujuk ke puskesmas atau rumah sakit setempat untuk mendapatkan perawatan intensif sebelum keadaannya makin buruk. Oleh karena itu, dibutuhkan sistem rujukan dari posyandu ke puskesmas dan rumah sakit sehingga akan mempermudah akses ibu yang bayinya mengalami masalah kesehatan.
C. Pemberian Makanan Tambahan
Pemberian makanan merupakan upaya pemenuhan energi dan zat gizi untuk pertumbuhan anak. Anak-anak dengan gizi buruk membutuhkan asupan makanan dengan gizi yang seimbang. Namun karena keterbatasan ekonomi keluarga, kebutuhan gizi anak-anak sering kali terabaikan sehingga dalam melakukan revitalisasi posyandu, dibutuhkan program pemberian makanan tambahan dalam rentang waktu yang telah ditentukan.
Balita dengan status gizi kurang dan buruk akan mendapatkan intervensi khusus dengan pemberian makanan tambahan sesuai waktu yang ditentukan. Menu makanan akan diurus oleh kader posyandu. Juga, dilakukan penimbangan dan pengukuran untuk melihat perkembangan status gizi balita setiap bulannya akan menggambarkan apakah program-program yang telah dilaksanakan tersebut bermanfaat bagi perkembangan status kesehatan anak.
Daftar Pustaka:
Yayasan Kesejahteraan Anak
Yayasan Kesejahteraan Anak
Departemen Kesehatan. Revitalisasi posyandu melalui mopping-up putaran kedua. http://www.depkes.go.id/index.php
Maria Ulfah Anshor. Revitalisasi posyandu. http://www.kesrepro.info/?q=taxonomy/term/1
0 comment(s):
Post a Comment