oleh. Dewi Lestari Handayani
Aliran darah ke suatu jaringan bergantung pada
Baroreseptor secara terus menerus memberikan informasi mengenai tekanan darah. Jika tekanan arteri meningkat, potensial reseptor di kedua baroreseptor meningkat sehingga kecepatan pembentukan potensial aksi di neuron aferen yang bersangkutan juga meningkat. Sebaliknya apabila tekanan darah menurun, kecepatan pembentukan potensial aksi di neuron aferen oleh baroreseptor berkurang. Kadang-kadang mekanisme kontrol tekanan darah tidak berfugsi secara benar atau tidak mampu secara total mengkompensasi perubahan-perubahan yang terjadi. Tekanan darah dapat meningkat di atas rentang normal (hipertensi, di atas 140/90 mmHg) atau di bawah normal (hipotensi, kurang dari 100/60 mmHg).
Hipotensi, atau tekanan darah rendah, terjadi jika terdapat keseimbangan antara kapasitas vaskuler dan volume darah atau jika jantung terlalu lemah untuk menghasilkan tekanan yang dapat mendorong darah. Dua keadaan yang sering terjadi yang menimbulkan hipotensi transien adalah hipotensi ortostatik dan pingsan emosional. Keduanya disebabkan oleh aktivitas simpatis yang adekuat.
Hipotensi ortostatik adalah keadaan hipotensif transient (beberapa saat) akibat insufisiensi respon kompensasi terhadap pergeseran darah karena pengaruh gravitasi yang terjadi pada saat seseorang berpindah dari posisi horizontal ke posisi vertikal. Penurunan tekanan darah, yang terjadi akibat berkumpulnya darah di vena-vena tungkai ketika berdiri, dideteksi oleh baroreseptor. Namun, sewaktu seseorang yang telah lama bertirah baring bangkit, penyesuaian kompensatorik refleks ini untuk sementara hilang atau berkurang karena tidak digunakan. Kontrol simpatis pada vena-vena tungkai tidak adekuat, sehingga pada saat ia pertama kali berdiri, darah menumpuk di ekstremitas bawah. Hipotensi ortostatik dan penurunan aliran darah otak yang terjadi menyebabkan pusing bergoyang atau bahkan pingsan.
Hipotensi ditimbulkan oleh penurunan resistensi perifer total dan curah jantung. Jika individu tersebut berbaring, curah jantung cepat pulih karena darah yang terkumpul segera kembali ke jantung. Aktivitas saraf otonom yang tidak normal tersebut berlangsung beberapa saat. Jika aktivitas itu dihentikan, tonus vascular segera pulih. Jika aliran darah ke jaringan tidak lagi dapat dipertahankan secara adekuat, timbul keadaan yang disebut syok sirkulasi. Syok sirkulasi dikategorikan menjadi empat, yaitu: syok hipovolemik, vyok kardiogenik, syok vasogenik, dan syok neurogenik.
0 comment(s):
Post a Comment