RSS

Distosia: Persalinan Penuh Risiko

P.S. do not copy without permission

Oleh. Dewi Lestari Handayani, 0706270371
Focus Group 3 Kelas A

Definisi
Distosia merupakan persalinan yang panjang, sulit, atau abnormal yang timbul akibat berbagai kondisi yang berhubungan dengan lima faktor persalinan (Bobak, 2005). Diduga, distosia ini terjadi jika kecepatan dilatasi serviks, penurunan dan ekspulsi janin tidak menunjukkan kemajuan, atau jika karakteristik kontraksi uterus menunjukkan perubahan. Lima faktor yang dapat menimbulkan distosia tersebut diantaranya adalah: Persalinan disfungsional, perubahan struktur pelvis, sebab-sebab pada janin, posisi ibu selama persalinan dan melahirkan, respon psikologis ibu terhadap persalinan.

1. Persalinan disfungsional

Yaitu keabnormalan kontraksi uterus yang menghambat kemajuan dilatasi serviks normal, kemajuan effacement (kekuatan primer), atau kemajuan penurunan (kekuatan sekunder)
2. Perubahan struktur pelvis
- Distosia pelvis
Ukuran pelvis yang tidak matur merupakan fraktor predisposisi terjadinya distosia pelvis. Kontraktur pelvis dapat terjadi pada distosia pelvis, disebabkan oleh kelainan kongenital, malnutrisi ibu, neoplasma, gangguan spinal bagian bawah.
a. Kontraktur pintu atas panggul
b. Kontraktur midplane
Kontraktur ini merupakan penyebab umum terjadinya distosia pelvis. Penurunan janin tertahan karena kepala tidak dapat melakukan rotasi internal. Pada kasus ini, kelahiran degan bantuan midforceps dihindari karena morbiditas perinatal akibat intervensi ini meningkat.
c. Kontraktur pintu bawah panggul
- Distosia jaringan lunak
Diakibatkan oleh obstruksi jalan lahir oleh kelainan anatami, bias karena prasenta previa, leiomioma (fibroid uterus) di segmen bawah uterus, tumor ovarium, dan kandung kemih atau rectum penuh.
3. sebab-sebab pada janin
Hal ini bsa disebabkan oleh:
- anomali
janin dengan ascites besar, tumor abnormal mielomeningokel, hidrosefalus
- disproporsi sefalopelvis (ukuran janin yang berlebihan)
ukuran janin yang besar berhubungan dengan DM maternal, obesitas, multiparitas, atau ukuran besar pada salah satu atau kedua orang tua. Hal tersebut dapat didiagnosa dengan pemeriksaan ultrasonografi.


Distosia bahu (shoulder dystocia) dapat terjadi ketika kepala janin dapat melewati jalan lahir, akan tetapi bahunya tertahan lebih lama dari waktu normalnya, dapat disebabkan oleh disproporsi sefalopelvis (ukuran bayi lebih dari 4,5 kg). Kepala bayi bisa keluar akan tetapi bayi mengalami kesulitan untuk bernapas karena dadanya tertekan di pelvis ibu.

Pada bayi, dapat terjadi kerusakan nervus di leher (brachial plexus injury), 10% bayi dengan distosia bahu mengalami hal tersebut, yang menyebabkan paralisis terhadap tangan bayi, meski di banyak kasus, hal tersebut bersifat temporer. Contohnya adalah: Erb’s palsy and Klumpke’s paralysis. Cedera lain pada bayi yaitu fraktur pada lengan atau bahu bayi, juga pada kasus yang parah, kematian akibat kerusakan otak.
Pada ibu, dapat terjadi robekan vagina, perdarahan hebat (postpartum haemorraghe), dampak emosional (kejadian traumatis).
- mal presentasi
yang umum terjadi adalah Occiput posterior presentation, breech presentation (presentasi bokong), Face or brow presentation. Pada presentasi bokong, terdapat beberapa tipe, yaitu: frank breech (paha fetus fleksi, dan lututnya ekstensi), complete breech ( fetus terlihat seperti duduk dengan paha dan lutut fleksi), single or double footling presentation (salah satu atau kedua kaki ekstesi). Pada presentasi bokong, penurunan kepala bisa melambat karena bokong tidak cukup baik berdilatasi seperti kepala janin, dapat juga terjadi prolaps tali pusat jika ketuban pecah. Kelahiran dengan presentasi bokong berhubungan dengan trauma lahir, asfiksia, kelahiran prematur, anomali kognitif, serta mortalitas.
- mal posisi
yang paling umum adalah oksipitoposterior. Persalinan menjadi lebih lama terutama di kala dua.
- kehamilan kembar.
4. posisi ibu selama persalinan dan melahirkan
Terhambatnya gerakan maternal atau pembatasan persalinan terhadap posisi rekumben atau litotomi bisa mengganggu persalinan. Hal tersebut menyebabkan distosia, sehingga dibutuhkan tindakan seperti augmentasi persalinan, forsep, ekstrasi vakum, dan kelahira sesarie.
5. respon psikologis
kadar hormon yang tinggi (beta endorfin, hormon ACTH, kortisol, epinefrin) yang dilepas sebagai respon stress dapat menyebabkan distosia. Tirah baring dan pembatasan gerak juga menambah stress psikologis yang dapat memperberat stress fisiologis pada wanita melahirkan

Penatalaksanaan
Penatalaksanaan perawatan yang perlu dilakukan kepada klien dengan distosia yaitu meliputi pengkajian respon psikologis terhadap persalinan, pengkajian umum berupa frekuensi, lama, dan intensitas kontraksi uterus, status serviks, DJJ, serta status membran. Data lab seperti pH kulit kepala, dapat mengidentifikasi distress janin, hasil ultrasonografi dapat mengidentifikasi masalah disfungsi persalinan potensial yang terkait dengan janin atau panggul ibu. Perawatan kolaboratif yang dapat dilakukan pada klien dengan distosia bermacam-macam dan berbeda-beda tergantung pada indikasinya, diantaranya yaitu:
1. Versi sefalik eksterna (upaya memutar janin dari presentasi bokong atau bahu ke verteks)
2. Percobaan partus (untuk persalinan aktif)
3. Induksi persalinan (dimulainya kontraksi persalinan sebelum awitan spontannya untuk tujuan mempercepat kelahiran)
4. Augmentasi (stimulasi kontraksi uterus setelah persalinan dimulai secara spontan, dilakukan untuk disfungsi persalinan hipotonik)
5. Melahirkan dengan bantuan forceps
6. Ekstrasi vakum (metode pelahiran dengan memasang sebuah cup vakum di kepala janin dan tekanan negatif
7. Kelahiran sesaria

Banyak hal yang dapat berkontribusi dalam distosia atau panjangnya waktu tempuh persalinan. Distosia persalinan sendiri jika tidak diatasi segera akan menimbulkan berbagai komplikasi baik pada bayi ataupun pada ibu dan yang terburuk adalah kematian. Oleh karena itu, tindakan segera dan tepat diperlukan untuk kesejahteraan ibu dan bayi.

Daftar Pustaka
Bobak; Lowendermik; Jensen. (2005). Buku ajar keperawatan maternitas. (Edisi 4). Jakarta: EGC (alih bahasa: Maria A. Wijayarini, S.Kp, MSN & dr. Peter I. Anugerah)
Merck Sharp & Dohme Corp. Fetal dystocia. http://www.merck.com/mmpe/sec18/ch264/ch264d.html (diakses pada 2 Oktober 2010 pukul 20:06 WIB)
Norwitz, Errol R.; Chez, Bonnie Flood; Gonik, Bernard. Reduce shoulder dystocia injuries. http://www.healthstream.com/ShoulderDyst/ (diakses pada 2 Oktober 2010 pukul 20:01 WIB)
Royal College of Obstetricians and Gynaecologists. A difficult birth: what is shoulder dystocia? http://www.rcog.org.uk/womens-health/clinical-guidance/difficult-birth-what-shoulder-dystocia (diakses pada 2 Oktober 2010 pukul 20:04 WIB

0 comment(s):