RSS

Koping Individu terhadap Kehilangan Berbeda-beda

Oleh. Dewi Lestari Handayani, 0706270371

Kehilangan dan kematian merupakan kenyataan yang sering terjadi pada proses keperawatan. Mekanisme koping mempengaruhi kemampuan seseorang untuk menghadapi dan menerima kehilangan. Kesedihan merupakan respon alami setiap orang terhadap kehilangan. Akan tetapi, setiap orang memiliki koping yang berbeda-beda terhadap kehilangan sehingga perawat membantu klien untuk memahami dan menerima kehilangan agar ia dapat menjalani hidupnya kembali.

Tidak ada aturan yang yang benar untuk sedih. Konsep dan teori kesedihan hanyalah alat yang dapat digunakan untuk mengantisipasi kebutuhan emosional klien dan keluarga serta untuk membantu mereka memahami kesedihan mereka dan setuju dengan hal tersebut. Engel menyusun proses kesedihan menjadi tiga fase yang dapat dihubungkan pada kesedihan dan kematian seseorang. Yang pertama, seseorang menolak kenyataan kehilangan bahkan meninggalkan kenyataan tersebut, tidak ingin melakukan apapun, atau tidak ingin menjalani masa depannya. Reaksi fisik yang dapat muncul yaitu pingsan, diaphoresis, nausea, diarrhea, Laju jantung cepat, restlessness, insomnia, dan letih.

Fase yang kedua yaitu seseorang mulai merasa kehilangan sebagai bentuk akut dan merasa ketakutan. Secara tiba-tiba, marah, merasa bersalah, frustasi, depresi, dan kekosongan terjadi. Menangis adalah koping terhadap seseorang sebagai tanda kekhawatiran terhadap kehilangan. Fase yang ketiga yaitu penerimaan kenyataan terhadap kehilangan. Kemarahan ataupun depresi tidak lagi dibutuhkan. Kehilangan telah menjadi jelas bagi orang tersebut yang memulai untuk menjalani kembali hidupnya. Dengan melewati tiga tahap tersebut, seseorang berubah dari level yang terendah hingga yang tertinggi pada emosional dan fungsi intelektualnya.

Karakteristik seseorang juga mempengaruhi kopingnya terhadap respon kehilangan. Anak-anak memberikan respon yang beragam berdasarkan tingkat usianya, pengalaman kehilangan sebelumnya, personalitynya, persepsi terhadap kehilangan, arti kehilangan bari dirinya, dan respon keluarga terhadap kehilangan. Anak-anak dapat merasa bertanggung jawab terhadap kematian. Kemampuan mereka untuk ‘berfikir magis’ dapat membuat mereka percaya pikiran, perasaan, dan tingkah laku terhadap kecintaan mereka. Koping anak terhadap kehilangan biasanya adalah dengan cara menangis, meronta-ronta, serta mengurung diri. Seseorang yang telah dewasa menghubungkan kehilangan dengan status, peran, dan gaya hidup. Kehilangan pekerjaan, perceraian, atau gangguan fisik dapat menyebabkan kesedihan yang sangat dalam. Seseorang berusia pertengahan mulai menyadari bahwa kemudaan dan kondisi fisik yang baik tidak dapat kembali diperoleh. Ia menjadi sesitif terhadap perubahan fisik dalam penuaan. Kemunduran fungsi fisik dapat menimbulkan kesedihan. Ia tahu bahwa kehidupan ada batasnya, dan ia suka berpikir tentang kehidupan dan kematian. Seseorang yang telah tua merasakan kesepian, isolasi, dan kehilangan peran social, penyakit yang lama, dan kehilangan determinasi sebagai hal yang lebih buruk dari kematian/kehilangan.

Terkadang ada koping negatif yang dilakukan seseorang yang mengalami kehilangan dengan mengurung diri, menarik diri dari kelompok, tidak mau berinteraksi dengan orang lain, menyalahkan diri sendiri, tidak mau makan, tidak mau mengurus diri, menganiaya diri sendiri, sampai bunuh diri. Akan tetapi, ada juga klien yang merespon kehilangan tersebut dengan koping positif seperti mengalihkan perhatian dengan menyibukan diri dengan berbagai kegiatan yang baik, mendekatkan diri kepada Tuhan, introspeksi diri dan melakukan hal yang lebih baik dari sebelumnya, belajar menerima kehilangan tersebut dan menumbuhkan kembali kepercayaan dirinya.

Kesedihan merupakan merupakan respon alami setiap orang terhadap kehilangan. Berdasarkan tingkat usia, pola pikir seseorang terhadap kehilangan berbeda, dan setiap orang memiliki koping yang berbeda-beda terhadap respon kehilangan atau kematian tersebut. Ada beberapa dari mereka yang mengatasi kehilangan dengan koping positif, tetapi ada juga yang mengatasinya dengan koping negatif sehingga penting bagi perawat untuk membantu klien atau keluarga klien yang mengalami kehilangan baik berupa kematian atau kehilangan sesuatu (perubahan fisik) agar mengatasi kehilangan tersebut dengan koping yang positif.


Referensi:

Potter, Patricia A; Perry, Anne Griffin. (2000). Fundamentals of nursing: Concepts, process and practice. Fourth Ed. St. Louis: Mosby—Year Book

0 comment(s):